Monday, June 9, 2014

Debat Capres dan Kharisma Kepemimpinan

kharisma kepemimpinan

Iklan debat capres yang digadang-gadang di televisi tentu menarik perhatian publik untuk menyaksikannya dan menjadi tahapan penting untuk memutuskan pilihan final, mau pilih nomer urut satu Prabowo-hatta atau nomer urut dua Jokowi-Jusuf kala. Setelah menonton, rasanya seperti makan ikan asin kurang asin, makan sayur asem kurang asem dan minum kopi kurang panas, ya kesan yang saya rasakan kurang lebih seperti itulah. 

Kalau dibilang kurang seru ya memang ini bukan pertandingan tinju, tetapi apapun yang namanya debat, ya harusnya berdebat. Debat capres semalam antara Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla seharusnya ganti judul: presentasi capres atau sosialisasi capres, itu baru pas. Berdebat adalah kata kunci. Berdebat dalam debat capres bukan sekedar paparan konsep dan unjuk retorika, tetapi lebih dari itu. Debat capres seharusnya memunculkan sisi kharismatik atau kharisma kepemimpinan para calon presiden dan wakil presiden kita mendatang. Apa pentingnya kharisma? 

Kharisma menjadi sangat penting sebagai salah satu syarat kepemimpinan. Kharisma bukan soal postur tubuh, gemuk atau kurus, ganteng atau kurang gantengnya calon presiden kita. Kharisma juga bukan sekedar pesona lahiriah apalagi pembentukan citra. Kharisma kepemimpinan adalah buah dari akar personaliti kepemimpinan sejati. Kharisma kepemimpinan menunjukan jatidiri, kematangan jiwa, keindahan kepribadian, kebijaksanaan dan kelebihan-kelebihan inner seseorang. Born to be a Leader! Nah debat yang semalam itu terasa seperti jaim, jaga imej, kaku, normatif dan membuat ngantuk. Bagaimana ini, kalau calon pemimpinan kita malah bikin ngantuk? 

Debat capres semalam dan selanjutnya seharusnya ajang untuk publik melihat siapa capres yang paling kharismatik atau memiliki kharisma kepemimpinan. Seharusnya acara dibuat mengalir tanpa aturan kaku dari moderator. Debat mahasiswa saja saya rasa lebih seru dari debat capres semalam. Saya ingin sekali melihat bagaimana para calon presiden kita mampu menguasai keadaan dalam forum, mengolah sikap, menunjukan kebijaksanaan, berwawasan strategis, cerdas bermantiq dan tidak perlu self spoken menyebutkan prestasi-prestasi yang dikatakan sebagai rekam jejak. Pemimpin tertinggi justru tidak perlu terlalu teknis dan teoritis, cukup beberapa kalimat berkualitas khas pemimpin sejati, sederhana, memikat, meyakinkan, membuat kita kagum dan jatuh cinta. 

Saya jadi berandai – andai jika saja saat ini masih ada pemimpin-pemimpin seperi Sukarno, Haji Agus Salim, Muhamad Natsir yang tentu saja mereka tidak perlu latihan untuk menghadapi debat seperti semalam, karena dalam darah mereka sudah mengalir semangat kemerdekaan, semangat untuk perubahan, semangat untuk melakukan yang terbaik bagi rakyat bangsa dan negara sehingga siapapun raja dunia dihadapan mereka, tunduk dan takluk pada kewibawaan semula jadi. Karena yang kita perlukan saat ini adalah pemimpin yang mampu melambungkan kewibawaan bangsa. Itu mungkin kharisma kepemimpinan yang kita harapkan bisa muncul dalam debat capres saat ini. Ini keinginan saya dan keinginan rakyat Indonesia pada umumnya. Buat Pak Prabowo dan Pak Jokowi, jangan marah ya, walaupun tidak enak tulisan saya ini, anggap saja jamu kuat cap kharisma, supaya siapapun diantara kalian yang ditakdirkan menjadi presiden, adalah pilihan yang paling tepat bagi bangsa Indonesia kini dan masa yang akan datang.

1 comment :

Printfriendly