Thursday, January 2, 2014

Pembangunan Insan Nusantara

6 langkah prioritas pembangunan daerah
6 Langkah Prioritas Pembangunan Daerah Part 2

Sedutan dari artikel sebelumnya: Dari sekian banyak tanggung jawab pembangunan ekonomi di daerah yang akan tersusun dan tertuang didalam rencana strategis, program, fiskal dan anggaran, maka menurut saya ada 6 (enam) Langkah Prioritas Pembangunan Ekonomi Daerah yang harus betul – betul dicermati dan satu sama lain saling terkait, bukan terpisah, komprehensif, terpadu diantara program satu sama lain, pelaksana program dan peserta program yang meibatkan pihak pemerintah pusat, pemerintah daerah, badan / instansi, private sektor, komunitas dan masyarakat. 

Pertama: Pembangunan Insan Nusantara

Konsepsi: Walaupun sasarannya adalah perekonomian, Pembangunan Insan mutlak menjadi prioritas pertama. Mengapa menjadi prioritas utama? Setiap manusia Indonesia harus mempunyai pertanyaan tersebut. “Mengapa” Menunjukan respon yang berasal dari dorongan hati sehingga tergerak untuk berpikir. Berpikir menjadi target awal yang diinginkan. “Mengapa” adalah pertanyaan yang akan menjadi jawaban dari pembangunan insan nusantara yang diinginkan / diperlukan. Bahwa kita harus mengembalikan kemuliaan sebagai manusia karena mempunyai kemampuan berpikir, karunia Tuhan yang membedakan kita (manusia) dari makhluk ciptaanNya yang lain.

Berpikir menjadikan kita ingin belajar. Belajar adalah muatan dari proses pendidikan. Pendidikan adalah judul besar dari pembangunan manusia (insan). Pendidikan adalah platform pembangunan insan seutuhnya: pembangunan tiga unsur yang ada dalam diri kita, yaitu: Jiwa, Akal dan badan. Kompleksitas pendidikan harus disederhanakan berlandaskan konsepsi tentang pembangunan insan nusantara seperti yang saya tulis diatas.

Pendidikan harus dipandang sebagai proses wajib kemanusiaan, bahwa setiap manusia menyadari kehidupan sebagai proses terus menerus menjadi lebih baik bahkan setelah mengalami tahap terbaik dalam kehidupannya, belajar dari anggapan yang terbaik dimasa lalu menjadi hal buruk dimasa kini dan hal terbaik dimasa kini belum tentu baik dimasa yang akan datang. Benar adanya jika esensi pendidikan adalah mengenali diri untuk membentuk jati diri. Bagi bangsa yang pada masanya berhasil membangun jati dirinya, maka peradaban dunia ada di tangannya. Oleh karena itu, sasaran dari pembangunan Insan Nusantara yang diinginkan adalah:  Kuat Iman, Berpendidikan, Belajar dari sejarah, Mampu membaca perkembangan zaman dan Belajar dari kegagalan bangsa lain.

a. Kuat Iman:

Dibangunkan dulu jiwanya dengan pendidikan agama yang benar. Para pendidik dan pemuka agama harus mampu mengubah paradigma, yaitu dogma menjadi tuntunan praktis sehingga agama benar dapat dihayati dan dijadikan the way of life. Oleh karena itu diperlukan itjihad berdasarkan prioritas – prioritas pembangunan akhlak, pembangunan akidah, tanggung jawab sosial dan sistem kehidupan yang menjunjung cinta kasih, persatuan dan perpaduan baik sesama pemeluk agama maupun dengan yang berbeda keyakinan. Dalam kaitannya dengan pembangunan di daerah, pembangunan karakter berdasarkan bimbingan dan penerapan agama yang benar harus mampu menjawab tantangan cara hidup sekular, materialistis dan tabiat serba ingin instan.

Seperti contoh: Di pedesaan sangat subur praktek klenik yang menawarkan solusi instan dengan cara yang salah dan membawa kekufuran. Di desa juga juga rentan dengan kesenjangan sosial dan gaya hidup meniru orang kota. Urbanisasi yang terjadi dibanyak daerah adalah satu dari sekian banyak persoalan sosial yang memerlukan pendekatan keagamaan. Bahwa tuntutan mencari nafkah harus menjadi tanggung jawab bersama dengan memberikan keyakinan bahwa desa bisa saja menjadi sumber penghasilan dengan menciptakan kepastian pekerjaan, kepastian pemenuhan kebutuhan dan kepastian kesejahteraan. Hal ini hanya bisa dilakukan oleh mereka yang mempunyai kekuatan iman, ketahanan jiwa dan kemampuan berjuang sehingga mereka menjadi agen-agen pembangunan moral dan materil yang dapat diteladani, memberi motivasi dan amanah.

Peranan pemerintah khususnya dinas – dinas terkait seperti Kantor Agama, kantor Sosial, Kesra, binmas, Linmas bersama – sama dengan tokoh pemuka agama, aktivis keagamaan lokal, pesantren, Ormas, LSM mempunyai tanggung jawab dan posisi yang penting agar masyarakat memulai pembangunan karakter dengan landasan iman yang kuat guna menerajui segala aktivitas perubahan menuju desa dengan lingkungan yang baik dan ketahanan ekonomi yang lebih baik.

Membekali warga desa dengan iman yang kuat adalah lupaya paling strategis untuk membangun ketahanan bangsa. SDM Indonesia mayoritas berada di desa. Dari sanalah kita berharap akan muncul jiwa – jiwa yang mempunyai kecerdasan emosi-sprituil, pemimpin seperti itu yang segera kita butuhkan. Memimpin pada dasarnya adalah kebijaksanaan memilih pilihan-pilihan moral, dan mantap berkeyakinan memiliki jati (citra) diri.

b. Berpendidikan:

Pendidikan merupakan sebuah upaya sadar untuk membangun kehidupan yang lebih cerdas dan mengembangkan kapasitas kreatif bagi warga di pedesaan. Ilmu pengetahuan dan live skill merupakan hak pendidikan-keterampilan bagi mempersiapkan warga  ke masa depan yang penuh gejolak, ketidakpastian, dan ketidakjelasan.

Dalam hal ini pendidikan bagi warga desa harus berkaitan dengan kemandirian dan penguatan terhadap daya saing daerahnya masing-masing. Manusianya yang akan menjadi penentu bagi keberhasilan pembangunan ekonomi desanya. Target pendidikan bukan menghasilkan orang desa berijazah tinggi tetapi sulit mendapat pekerjaan apalagi menciptakan lapangan kerja di daderahnya, justru paradigma tersebut yang harus dirubah. Tugas pemerintah dan kita semua untuk menyatukan kemampuan warga dengan sumberdaya tempatan sehingga dalam waktu yang relatif singkat terjadi siklus perekonomian yang sehat. Terjadi kegiatan produksi, transaksi, investasi yang semakin meningkat dan pada akhirnya menguatkan ketahanan ekonomi secara mandiri. Antar daerah memiliki hubungan mutual perdagangan yang mensejahterakan warganya masing-masing tanpa harus meninggalkan desanya untuk bekerja di kota.

c. Belajar dari sejarah dan budaya:

Dari dua poin diatas, jelas rasanya jika pembangunan karakter melalui keimanan dan bekal ilmu pengetahuan harus dilandasi dengan mengenal sejarah dan budaya. Populasi penduduk yang padat jangan dibiarkan terjerumus kedalam ombang ambing ketidakpastian hidup, sehingga tidak ubahnya manusia Indonesia seperti buih-buih busa yang mudah dipermainkan. Sesuatu yang tidak berakar tentu akan mudah menjadi seperti itu. Sejarah dan budaya bangsa yang menjadi akar /pondasi bagi jati diri manusia Indonesia. Kita adalah keturunan manusia-manusia hebat dimasa lalu dan sejak ribuan tahun silam, kebudayaan kita sudah sangat tinggi, pernah terjadi puncak peradaban pembangunan materi dan rohani yang diakui bangsa manapun di dunia.

d. Mampu membaca perkembangan zaman:


Proses globalisasi bersama gagasan-gagasannya yang tidak seimbang saat ini telah menyebabkan bangsa-bangsa dunia ketiga dalam posisi sulit, terutama dalam rangka mempertahankan jati dirinya. Karena globalisasi adalah sebuah proses penaklukan budaya, upaya mempertahankan jati diri ini adalah mekanisme melestarikan diri sebagai sebuah bangsa. Bangsa yang takluk secara budaya, disukai atau tidak, akan mengambil budaya penakluk tersebut tanpa melalui sebuah proses kreatif. 

Dalam kaitan inilah, pendidikan merupakan sebuah upaya sadar untuk membangun kapasitas kreatif bangsa ini. Kreativitas sebuah bangsa barangkali merupakan satu-satunya aspek yang terpenting dari bangsa tersebut karena, pertama, bangsa adalah sebuah komunitas yang diimajinasikan (an imagined society). Perlu segera dikatakan, bahwa jati diri bangsa hanyalah atribut (sifatan) yang dilekatkan secara konsensual oleh bangsa tersebut. Kedua, pendidikan adalah upaya mengantar peserta didik ke masa depan yang penuh gejolak, ketidakpastian, dan ketidakjelasan. Hanya bangsa kreatif yang akan mampu bertahan, dalam arti menemukan jati dirinya, dalam lingkungan tidak pasti, dan tidak jelas tersebut untuk segera menata lingkungannya berdasarkan potensi yang ada untuk membangun kejelasan dan kepastian. Dalam kaitanya dengan pembangunan ekonomi di daerah, menciptakan daya saing ekonomi yang telah saya terangkan dipoin sebelumnya.

e. Belajar dari kegagalan bangsa lain:

Tantangan terbesar adalah menyikapi kemajemukan bangsa ini. Kita tidak ingin apa yang terjadi dibanyak negara seperti di Afganistan terjadi. Sejak tahun 70 hingga saat ini, Afganistan hancur lebur karena perpecahan etnik dan perbedaan mazhab. Uni Soviet dapat di tumbangkan tetapi penderitaan rakyat makin hebat oleh rezimnya sendiri. Agama diusung untuk melegalkan pembunuhan warganya sendiri. Padahal bukan berbeda agama, hanya berbeda mazhab, perbedaan yang seharusnya menjadi rahmat akan tetapi karena ditunggangi kepentingan politik maka Klan Mujahidin, Taliban, Masoud dan lainnya saling menghancurkan dengan teriakan Allahuakbar! Kenapa saya ungkapkan ini? Karena potensi itu ada di tanah air kita. Akhir-akhir ini, marak kajian-kajian keagamaan yang anti kebudayaan, anti Pancasila (apalagi agama lain) dan hanya menistakan sejarah peradaban yang sudah dibangun para leluhur kita dengan vonis sesat, bid’ah tanpa mau menggali nilai-nilai dibalik produk kebudayaan tersebut. Justru akar sejarah dan budaya harus kita gali agar dengan cerdik kita dapat melestarikan segala kebaikannya, meluruskan yang tidak lurus dan membuang produk yang memang tidak diperlukan.



No comments:

Post a Comment

Printfriendly