Artikel ini mengajak kita semua
untuk merenungi kembali kontribusi apa yang sudah kita lakukan sebagai warga
negara. Salah satu yang penting adalah mengawalinya dengan memahami Substansi
pembangunan sesuai dengan tujuan pembangunan nasional yang telah dirumuskan
oleh para pendiri bangsa dan kita pegang teguh sesuai dengan kesepakan dan
amanat konstitusi.
Nusantara adalah termasuk Negara
agraris dengan tanahnya luas dan subur yang terdiri atas puluhan ribuan pulau
dengan lebih dari 70 % berupa lautan yang sangat kaya raya dengan berbagai
organik laut dan khasanah di dalamnya. Para pendiri Republik ini berkeyakinan
bahwa untuk dapat memakmurkan dan mensejahterakan ratusan juta rakyatnya itu
harus dengan bertani dan menangkap ikan. Karena itu diawal Indonesia membangun,
Pembangunan agraris dan maritim menjadi fokus utama. Bahkan diawal kemerdekaan
dahulu sekitar tahun 1957 Bung Karno memprakarsai berdirinya sebuah perusahaan
yang diberi nama TANI NELAYAN INDONESIA, yaitu sebuah perusahaan yang bergerak
dibidang perdagangan, pertanian dan perikanan. Dengan berjalannya waktu, PT.
TANI NELAYAN INDONESIA sempat berprestasi hingga berhasil mendirikan Bank
Indonesia (BI) yang ada sekarang.
Secara umum Karena cita-cita yang
seperti diungkap diatas itu belum sepenuhnya menjadi kenyataan, maka menjadi
tanggung jawab kita bersama sebagai anak-anak bangsa untuk mewujudkannya. Dengan
demikian sudah pasti memerlukan apa yang dinamakan Platform Pembangunan. Sebagai
warga Negara yang mempunyai harapan dan cita-cita Nusantara Jaya seyogyanya
harus punya kepercayaan diri agar Nusantara Percaya Diri menjadi judul besar
bagi tercapainya tujuan republik ini, masyarakat adil dan makmur.
Meskipun tidak gampang mendefinisikan
Substansi pembangunan nasional melihat keberagaman dan tentu saja kompleksitas
yang kita rasakan saat ini, baik secara lintas kultural yang berlaku untuk
semua warga negara dengan latar belakang sejarah dan lingkungan sosial budaya
yang berbeda. Namun sejatinya, Substansi pembangunan nasional harus berupa
upaya terencana, sistematis, strategis dan berkesinambungan ke arah suatu
perubahan yang lebih baik di segala bidang kehidupan.
Cita-cita mulia para leluhur
bangsa ini bukan hanya adil makmur secara materi (Substansi Ekonomi) tetapi
juga harus sejahtera bathinnya, bahkan kalau menggali makna dari kata TOTO,
TITI TENTREM berarti juga menyangkut jati diri manusia termasuk jatidiri bangsa
(Substansi Sosial Budaya), menyangkut perundang-undangan dan perbagai aturan (Substansi
Tata Negara) maupun menyangkut keamanan dan kelanggengan NKRI (Substansi
Pertahanan-Militer). Tugas kita bersama untuk mengawalinya dengan memahami Substansi
pembangunan sesuai dengan tujuan nasional NKRI.
Pembangunan ekonomi harus melekat
dengan pembangunan budaya. Budaya asli Nusantara harus berhasil dikembalikan,
yang sejak 500 tahun yang lalu secara bertahap tersisih oleh budaya asing. Bersamaan dengan bangkitnya ekonomi
masyarakat harus disertai/ paralel dengan bangkitnya budaya asli Nusantara.
Kita harus ingat kepada pesan pendiri bangsa Bung Karno yang mahsyur mengatakan : “A nation againts it’s own principle will never stand” (Sebuah bangsa yang
kehilangan jati dirinya, maka bangsa itu tidak akan mampu bertahan”). Bahwa Substansi
Sosial Budaya yang intinya mengembalikan Budaya Asli yang menjadi Jati Diri
Bangsa harus berhasil dibangkikan kembali.
Pendidikan Nasional harus menjadi
platform utama dari bagian Substansi sosial budaya yang dimaksud. Budaya asli
bangsa Nusantara yang suka bergotong royong, mencintai kesucian, murid
menghormati guru, anak berbakti kepada orang tua, berbudi pekerti luhur, laku
prihatin, berjiwa juang dan sejenisnya. Itulah Jati Diri Bangsa Nusantara yang
sayangnya belum tercermin didalam konsepsi pendidikan kita. Pendidikan tidak
hanya membekali warga dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan hidup semata.
Humanitas kita bukan sekedar persoalan bisa makan dan melanjutkan kehidupan.
Aslinya sejak ribuan tahun silam, Nusantara adalah bangsa besar dengan budaya
dan peradaban tinggi bahkan sebelum agama resmi masuk ke khatulistiwa ini.
Catatan penting: Prilaku bangsa
dari golongan atasan hingga rakyat jelata (termasuk Kita) saat ini menjadi
tolak ukur betapa pudarnya jati diri bangsa. Kekuatan pondasi Nusantara sebagai
bangsa yang besar semakin melemah dengan begitu maraknya perpecahan, perseteruan,
kesenjangan, penyimpangan baik yang jelas-jelas melanggar norma dan konstitusi
hingga yang dilegalkan. Yang benar menjadi salah, yang salah menjadi benar.
Yang seharusnya melindungi malah merusak, yang dilindungi frustasi dan
melakukan pemberontakan.
Selain Substansi ekonomi dan Substansi
sosial budaya, Substansi tata negara yang ruhnya di undang-undang, peraturan
dan warganya harus taat hukum juga merupakan garapan yang teramat penting. Hingga tahun 2013 ini banyak sekali aturan
dan perundang-undangan yang tidak lagi sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945. Adalah sebuah fakta apabila tujuan pembangunan tidak akan tercapai jikalau
berbagai penyakit sosial dan pengkhianatan politik yang dapat menghambat
pembangunan seperti korupsi, kolusi, nepotisme, elitisme, monopoli, oligopoli,
kartel, dan lain-lain masih tumbuh subur dalam sendi-sendi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara. Walaupun konstutusi jelas-jelas
menempatkan rakyat sebagai subyek tujuan kesejahteraan dan sentral pembangunan,
tetapi pada kenyataannya rakyatlah yang senantiasa menjalani kisah sedih dihari
minggu, termarjinalkan, tidak berdaya dan menjadi obyek penderitaan diatas
alasan pertumbuhan dan kebijakan politik hukum roda pembangunan.
Catatan Penting: Betapa banyak
tugas kita untuk membenahi segi fundamental urusan ketata negaraan ini.
Kebijakan politik dan perencanaan pembangunan harus dikembalikan lagi kepada
amanat konstitusi. Rakyat Indonesia ini kaya sekali karena menjadi tuan diatas
tanah air yang super kaya. Tetapi pengelolaan kekayaan belum juga mampu
mensejahterakan tuannya sendiri, bahkan legalitas kepemilikan tanah masih
merupakan barang mewah dengan biaya tinggi dan birokrasi yang berbelit sehingga
kerap berlaku pertumpahan darah karena sengketa kepemilikan tanah antara rakyat
dan pemilik modal asing yang justru dilindungi oleh negara.
Terakhir, adalah Substansi
Pertahanan-Militer. Logikanya, bagaimana kita jangka panjangnya bisa
melaksanakan pembangunan di ketiga Substansi yang telah disebutkan (ekonomi,
sosial dan birokrasi) kalau negara tidak aman dan kestabilan politik dalam
negeri tidak mantap. Karena kondisi saat ini Indonesia terlanjur mengacu kepada
Undang-undang Dasar 1945 hasil Amandemen, maka di Substansi Pertahanan Militer
juga banyak yang harus dibenahi agar kembali benar-benar sesuai dengan Dasar
Negara Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Mengenai peranan TNI terhadap menjaga kesatuan NKRI, stabilitas dan perlindungan kekayaan alam khususnya perairan Indonesia dapat anda baca di artikel ini: Illegal Fising: Rugi 50 Trilyun dan Kita Biasa Saja dan rekaman video berikut:
Selain itu, kita harus peka, tidak
bisa dihindari bila sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan kehendak alam
semesta ini jika quatum perubahan yang kencang akan membawa Nusantara ke jaman
keemasannya kembali. Dalam waktu tidak terlalu lama, harus menemukan orang yang
dipercaya untuk menangani pembangunan Ekonomi seperti Abu Bakar di jaman
Rosullulah, menemukan orang yang dipercaya untuk menangani Substansi sosial
seperti Umar Bin Khatab, menemukan orang yang dipercaya untuk menangani Substansi
tata negara seperti Ustman Bin Afan, dan menemukan orang yang dipercaya untuk
menangani Substansi Pertahanan-Militer, seperti Ali Bin Abdul Thalib di jaman
Rosullulah, untuk bersama-sama berjuang meraih cita-cita para leluhur Nusantara
sekaligus cita-cita kita bersama.
Semoga tidak terlambat bagi
bangsa ini untuk menentukan pemimpin masa depannya. Bagi yang berminat untuk
memegang amanah besar ini, maka tulisan ini semoga layak menjadi kaca benggala
agar memahami substansi pembangunan nasional menjadi kewajiban bagi syarat kelayakan
diri dan menjadi pertimbangan untuk kita semua agar tidak asal memilih. Semoga
Tuhan berkenan memilihkannya untuk kita agar bangsa ini segera melakukan
quantum perubahan menuju target tujuan nasionalnya dan bersiap menjadi bangsa
yang mampu mengatasi problematika krisis global saat ini dan yang akan datang,
Aamiin YRA.
No comments:
Post a Comment