Saturday, January 4, 2014

Memahami Substansi Pembangunan Nasional

Artikel Nusantara Percaya Diri
Artikel ini mengajak kita semua untuk merenungi kembali kontribusi apa yang sudah kita lakukan sebagai warga negara. Salah satu yang penting adalah mengawalinya dengan memahami Substansi pembangunan sesuai dengan tujuan pembangunan nasional yang telah dirumuskan oleh para pendiri bangsa dan kita pegang teguh sesuai dengan kesepakan dan amanat konstitusi.

Nusantara adalah termasuk Negara agraris dengan tanahnya luas dan subur yang terdiri atas puluhan ribuan pulau dengan lebih dari 70 % berupa lautan yang sangat kaya raya dengan berbagai organik laut dan khasanah di dalamnya. Para pendiri Republik ini berkeyakinan bahwa untuk dapat memakmurkan dan mensejahterakan ratusan juta rakyatnya itu harus dengan bertani dan menangkap ikan. Karena itu diawal Indonesia membangun, Pembangunan agraris dan maritim menjadi fokus utama. Bahkan diawal kemerdekaan dahulu sekitar tahun 1957 Bung Karno memprakarsai berdirinya sebuah perusahaan yang diberi nama TANI NELAYAN INDONESIA, yaitu sebuah perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan, pertanian dan perikanan. Dengan berjalannya waktu, PT. TANI NELAYAN INDONESIA sempat berprestasi hingga berhasil mendirikan Bank Indonesia (BI) yang ada sekarang.

Secara umum Karena cita-cita yang seperti diungkap diatas itu belum sepenuhnya menjadi kenyataan, maka menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai anak-anak bangsa untuk mewujudkannya. Dengan demikian sudah pasti memerlukan apa yang dinamakan Platform Pembangunan. Sebagai warga Negara yang mempunyai harapan dan cita-cita Nusantara Jaya seyogyanya harus punya kepercayaan diri agar Nusantara Percaya Diri menjadi judul besar bagi tercapainya tujuan republik ini, masyarakat adil dan makmur.

Meskipun tidak gampang mendefinisikan Substansi pembangunan nasional melihat keberagaman dan tentu saja kompleksitas yang kita rasakan saat ini, baik secara lintas kultural yang berlaku untuk semua warga negara dengan latar belakang sejarah dan lingkungan sosial budaya yang berbeda. Namun sejatinya, Substansi pembangunan nasional harus berupa upaya terencana, sistematis, strategis dan berkesinambungan ke arah suatu perubahan yang lebih baik di segala bidang kehidupan.

Cita-cita mulia para leluhur bangsa ini bukan hanya adil makmur secara materi (Substansi Ekonomi) tetapi juga harus sejahtera bathinnya, bahkan kalau menggali makna dari kata TOTO, TITI TENTREM berarti juga menyangkut jati diri manusia termasuk jatidiri bangsa (Substansi Sosial Budaya), menyangkut perundang-undangan dan perbagai aturan (Substansi Tata Negara) maupun menyangkut keamanan dan kelanggengan NKRI (Substansi Pertahanan-Militer). Tugas kita bersama untuk mengawalinya dengan memahami Substansi pembangunan sesuai dengan tujuan nasional NKRI.

Pembangunan ekonomi harus melekat dengan pembangunan budaya. Budaya asli Nusantara harus berhasil dikembalikan, yang sejak 500 tahun yang lalu secara bertahap tersisih oleh budaya asing.  Bersamaan dengan bangkitnya ekonomi masyarakat harus disertai/ paralel dengan bangkitnya budaya asli Nusantara. Kita harus ingat kepada pesan pendiri bangsa Bung Karno yang mahsyur mengatakan : “A nation againts it’s own principle will never stand” (Sebuah bangsa yang kehilangan jati dirinya, maka bangsa itu tidak akan mampu bertahan”). Bahwa Substansi Sosial Budaya yang intinya mengembalikan Budaya Asli yang menjadi Jati Diri Bangsa harus berhasil dibangkikan kembali.

Pendidikan Nasional harus menjadi platform utama dari bagian Substansi sosial budaya yang dimaksud. Budaya asli bangsa Nusantara yang suka bergotong royong, mencintai kesucian, murid menghormati guru, anak berbakti kepada orang tua, berbudi pekerti luhur, laku prihatin, berjiwa juang dan sejenisnya. Itulah Jati Diri Bangsa Nusantara yang sayangnya belum tercermin didalam konsepsi pendidikan kita. Pendidikan tidak hanya membekali warga dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan hidup semata. Humanitas kita bukan sekedar persoalan bisa makan dan melanjutkan kehidupan. Aslinya sejak ribuan tahun silam, Nusantara adalah bangsa besar dengan budaya dan peradaban tinggi bahkan sebelum agama resmi masuk ke khatulistiwa ini.

Catatan penting: Prilaku bangsa dari golongan atasan hingga rakyat jelata (termasuk Kita) saat ini menjadi tolak ukur betapa pudarnya jati diri bangsa. Kekuatan pondasi Nusantara sebagai bangsa yang besar semakin melemah dengan begitu maraknya perpecahan, perseteruan, kesenjangan, penyimpangan baik yang jelas-jelas melanggar norma dan konstitusi hingga yang dilegalkan. Yang benar menjadi salah, yang salah menjadi benar. Yang seharusnya melindungi malah merusak, yang dilindungi frustasi dan melakukan pemberontakan.

Selain Substansi ekonomi dan Substansi sosial budaya, Substansi tata negara yang ruhnya di undang-undang, peraturan dan warganya harus taat hukum juga merupakan garapan yang teramat penting.  Hingga tahun 2013 ini banyak sekali aturan dan perundang-undangan yang tidak lagi sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Adalah sebuah fakta apabila tujuan pembangunan tidak akan tercapai jikalau berbagai penyakit sosial dan pengkhianatan politik yang dapat menghambat pembangunan seperti korupsi, kolusi, nepotisme, elitisme, monopoli, oligopoli, kartel, dan lain-lain masih tumbuh subur dalam sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara. Walaupun konstutusi jelas-jelas menempatkan rakyat sebagai subyek tujuan kesejahteraan dan sentral pembangunan, tetapi pada kenyataannya rakyatlah yang senantiasa menjalani kisah sedih dihari minggu, termarjinalkan, tidak berdaya dan menjadi obyek penderitaan diatas alasan pertumbuhan dan kebijakan politik hukum roda pembangunan.

Catatan Penting: Betapa banyak tugas kita untuk membenahi segi fundamental urusan ketata negaraan ini. Kebijakan politik dan perencanaan pembangunan harus dikembalikan lagi kepada amanat konstitusi. Rakyat Indonesia ini kaya sekali karena menjadi tuan diatas tanah air yang super kaya. Tetapi pengelolaan kekayaan belum juga mampu mensejahterakan tuannya sendiri, bahkan legalitas kepemilikan tanah masih merupakan barang mewah dengan biaya tinggi dan birokrasi yang berbelit sehingga kerap berlaku pertumpahan darah karena sengketa kepemilikan tanah antara rakyat dan pemilik modal asing yang justru dilindungi oleh negara.

Terakhir, adalah Substansi Pertahanan-Militer. Logikanya, bagaimana kita jangka panjangnya bisa melaksanakan pembangunan di ketiga Substansi yang telah disebutkan (ekonomi, sosial dan birokrasi) kalau negara tidak aman dan kestabilan politik dalam negeri tidak mantap. Karena kondisi saat ini Indonesia terlanjur mengacu kepada Undang-undang Dasar 1945 hasil Amandemen, maka di Substansi Pertahanan Militer juga banyak yang harus dibenahi agar kembali benar-benar sesuai dengan Dasar Negara Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Mengenai peranan TNI terhadap menjaga kesatuan NKRI, stabilitas dan perlindungan kekayaan alam khususnya perairan Indonesia dapat anda baca di artikel ini: Illegal Fising: Rugi 50 Trilyun dan Kita Biasa Saja dan rekaman video berikut:
Selain itu, kita harus peka, tidak bisa dihindari bila sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan kehendak alam semesta ini jika quatum perubahan yang kencang akan membawa Nusantara ke jaman keemasannya kembali. Dalam waktu tidak terlalu lama, harus menemukan orang yang dipercaya untuk menangani pembangunan Ekonomi seperti Abu Bakar di jaman Rosullulah, menemukan orang yang dipercaya untuk menangani Substansi sosial seperti Umar Bin Khatab, menemukan orang yang dipercaya untuk menangani Substansi tata negara seperti Ustman Bin Afan, dan menemukan orang yang dipercaya untuk menangani Substansi Pertahanan-Militer, seperti Ali Bin Abdul Thalib di jaman Rosullulah, untuk bersama-sama berjuang meraih cita-cita para leluhur Nusantara sekaligus cita-cita kita bersama.

Semoga tidak terlambat bagi bangsa ini untuk menentukan pemimpin masa depannya. Bagi yang berminat untuk memegang amanah besar ini, maka tulisan ini semoga layak menjadi kaca benggala agar memahami substansi pembangunan nasional menjadi kewajiban bagi syarat kelayakan diri dan menjadi pertimbangan untuk kita semua agar tidak asal memilih. Semoga Tuhan berkenan memilihkannya untuk kita agar bangsa ini segera melakukan quantum perubahan menuju target tujuan nasionalnya dan bersiap menjadi bangsa yang mampu mengatasi problematika krisis global saat ini dan yang akan datang, Aamiin YRA.

No comments:

Post a Comment

Printfriendly